BLOGGER TEMPLATES AND Twitter Backgrounds »

Jumat, 23 April 2010

Kurt Cobain Sang Legenda




Kurt Donald Cobain, atau yang lebih dikenal dengan nama Kurt Cobain adalah salah satu ikon musik rock tahun 90-an. Kurt dan band-nya Nirvana menjadi salah satu band yang meraih puncak popularitas sebagai pengusung aliran grunge. Kurt adalah seorang vokalis dan sekaligus frontman grup asal Seattle tersebut.
Kurt gampang dikenali dari gaya berpakaiannya yang sangat urakan, terkesan kumuh dan betul-betul anti kemapanan. Selaras dengan jenis musik yang diusungnya. Wajahnya tampan, namun lebih sering terlihat kuyu dan tak terurus. Kurt jelas adalah orang yang tak pernah peduli pada penampilannya sendiri.
Kurt adalah seorang yang penuh kontroversi. Ini tak lepas dari kepribadiannya yang susah ditebak dan cenderung introvert. Namun, meski introvert Kurt tetap mampu menciptakan sederet musik yang kemudian jadi muara perlawanannya. Perlawanan terhadap banyak hal.
Musik yang diusung Kurt dan bandnya-Nirvana-sekilas memang jauh dari rasa indah. Bunyi gitar yang kasar dan penuh distorsi dengan gebukan drum dan betotan bas yang garang disempurnakan dengan lirik yang simpel dan kadang sangat pendek. Namun sesungguhnya di situlah letak keindahan musik Nirvana. Simpel dan tidak macam-macam.
Nirvana dengan cepat menarik perhatian kaum muda yang sedang gamang mencari idola baru. Kurt dan Nirvana dinobatkan banyak orang sebagai juru bicara kaum muda. Para pemilik modalpun segera memanfaatkan kesempatan ini. Habis-habisan mereka menggunakan Nirvana sebagai tambang emas mengeruk keuntungan. Fanspun makin bertambah.
Sayangnya, popularitas yang datang dengan cepat itu membuat Kurt jadi labil. Sifatnya yang susah ditebak, akhirnya jadi makin susah ditebak. Di atas panggung, hobi menghancurkan instrumentnya makin menjadi-jadi. Di luar panggung, dengan kehidupan yang nyaris tak bisa dimengerti orang lain, Kurt jatuh ke pelukan heroin. Pusat rehabilitasi menjadi langganannya. Band jadi mulai terlantar, beberapa tur akhirnya dibatalkan karena Kurt kadang terlalu mabuk untuk naik ke panggung. Termasuk sebuah kejadian di Roma yang membuatnya masuk rumah sakit.
Punya istri dan kemudian punya anak tak jua membuat Kurt jadi lebih kalem. Meski sempat terlihat lebih ?sehat?, Kurt tetaplah seorang Kurt dengan pribadi yang tak bisa dimengerti orang banyak. Diam-diam Kurt kembali ke pelukan heroin.
Puncaknya adalah saat dia kabur dari pusat rehabilitasi sambil membawa sepucuk pistol hadiah ulang tahun dari seorang sahabatnya. Orang-orang yang mencintainya kebingungan mencari sang bintang. Nyaris tak ada kabar sebelum akhirnya pada tanggal 8 April 1994 mayatnya ditemukan di lantai atas sebuah garasi rumah ibunya. Menurut keterangan, tubuh tersebut telah menjadi mayat sejak 3 hari sebelumnya. ?
Kurt nekad mengakhiri hidupnya sendiri. Di atas sepucuk surat yang menjadi suicide notes-nya Kurt mengungkapkan alasan kenapa dia memilih jalur pintas tersebut. Kurt mengaku tidak bisa lagi menikmati semua sorotan yang diarahkan kepadanya. Sorak-sorai para fans dan gegap gempita sebuah panggung tak lagi mampu memikatnya. Bahkan Kurt mengaku bersalah telah menjalani semua itu tanpa perasaan suka. Di ujung suratnya Kurt menuliskan kata terakhirnya, lebih baik padam daripada pudar, it?s better been burn than fade away…
Ah, Kurt memang sosok yang sangat sulit untuk dimengerti. Pribadinya terlalu kompleks dan tertutup. Mungkin memang hanya Kurtlah seorang yang bisa mengerti dirinya sendiri dan kenapa dia memilih jalan itu untuk mengakhiri hidupnya.
Kurt menyusul banyak musisi rock lainnya yang mati dalam usia muda. Kurt mungkin belum syah ditasbihkan sebagai seorang legenda besar seperti Jimi Hendrixx, Jim Morrison atau Janis Joplin, namun bagi sebagian orang Kurt tetaplah seorang legenda. Seorang pendobrak yang akan selalu dikenang.

Kamis, 22 April 2010

Tom Morello

Tom Morello

Tom Morello

Pernah mendengar lagu “Chocise” yang dibawakan Audioslave? Jika anda pernah mendengarnya, anda pasti memperhatikan suara helikopter yang membuka lagu tersebut. Tahukah anda jika suara helikopter itu keluar dari gitar Tom Morello, gitaris Audioslave?

Thomas Baptist Morello lahir pada tanggal 30 Mei 1964. Ia adalah seoang gitaris pemenang Grammy-award yang dikenal menggawangi band Rage Against the Machine, Audioslave, dan sebagai musisi akustik The Nightwatchman. Ia berada di urutan ke-26 dalam daftar 100 Greatest Guitarists of All Time versi majalah Rolling Stone.

Pada tahun 1991, Tom ingin membentuk band baru setelah meninggalkan Lock Up. Saat itu, Ia bertemu dengan Zack de la Rocha dan terkesan dengan rap freestylenya, Ia memintanya untuk ikut ke dalam bandnya. Ia juga mengajak Brad Wilk, drummer yang dikenalnya saat masih manggung bersama Lock Up. Personil band itu akhirnya lengkap setelah Zack mengajak temannya, Tim Commerford untuk menjadi pemain bass. Setelah beberapa kali tampil di L. A. club circuit, band yang mereka namai Rage Against the Machine itu menandatangani kontrak rekaman dengan Epic Records tahun 1992. Di tahun yang sama, band tersebut merilis album debut mereka, Rage Against The Machine. Mereka meraih banyak sukses dan kemudian merilis tiga studio album lagi.

Tom Morello bersama Rage Against the Machine

Tom Morello bersama Rage Against the Machine

Akhir tahun 2000, de la Rocha memutuskan untuk keluar dari band. Pada tanggal 13 September 2000, Rage Against the Machine menampilkan konser terakhir mereka di Grand Olympic Auditorium, Los Angeles, California. Setelah band tersebut bubar, album keempat mereka, Renegades, berisikan koleksi cover song dari musisi – musisi seperti Bob Dylan, MC5, Bruce Springsteen dan Cypress Hill. Pada tahun 2003 mereka merilis album terakhir yang berjudul Live at the Grand Olympic Auditorium.

Setelah de la Rocha meninggalkan Rage Against the Machine, sisa personil band mulai berkolaborasi dengan ex-vokalis Soundgarden, Chris Cornell. Mereka akhirnya membentuk grup band baru yang bernama The Civilian Project, namun akhirnya diganti dengan Audioslave sebelum mereka merilis album pertama.

Tom Morello bersama Chris Cornell

Tom Morello bersama Chris Cornell

Tom Morello juga dikenal dengan musik folknya, Ia sering tampil dengan nama The Nightwatchman. Ia menjelaskan :

“Sebagai The Nightwatchman, aku telah menulis lagu dan memainkannya pada open mic dengan teman untuk beberapa waktu. Ini kali pertamanya aku melakukan tour. Ketika aku tampil di open mic, aku diumumkan sebagai The Nightwatchman. Disana akan ada anak – anak yang merupakan penggemar dari permainan gitar listrikku.”

Morello terkenal dengan style permainan gitarnya, yang mengawinkan riff heavy metal dan punk serta suara gitar yang terinspirasi dari musik hip hop. Permainan gitarnya juga khas dengan penggunaan efek gitar, seperti delay, modulation, wah, harmonizers, distortion, feedback dan lain – lain yang dikombinasikan secara unik. Perangkat efek yang paling dikenal adalah Digitech Whammy, yang membantunya menghasilkan berbagai suara.

Senin, 19 April 2010

The Rolling Stones



The Rolling Stones adalah legenda, pada saat mereka pertama kali tampil –tahun 1964– The Beatles tampil sempurna, rambut, harmonisasi serta jasnya, dan mereka membungkuk memberi hormat bersama-sama. Musik The Beatles luar biasa canggihnya, segalanya sangat menarik dan asing di jaman itu, tapi juga menciptakan jarak akibat kesempurnaan itu. Dan pada saat itulah The Rolling Stones membawa pesan, “Mungkinanda juga bisa melakukan itu”. Rambutnya berantakan, harmonisasinya kurang merdu. Dan mungkin tidak ada yang ingat kapan mereka pernah tersenyum. Mereka meniru sikap R&B tradisional, “Kami tidak bergelut dalam dunia hiburan. Kami bukan musik pop”.

Suara Mick Jagger memancarkan daya tarik sensual yang dewasa. Ini bukan sensual dalam pop, –berpegangan tangan kemudian berciuman– ini benar-benar nyata. Jagger memiliki kemampuan berbincang sebagaimana para penyanyi R&B dan blues, setengah bernyani, tidak selalu mencapai nada. Diterimanya suara Mick Jagger di radio pop adalah terbosan baru dalam rock&roll. Dia membuka pintu untuk orang lain. Tiba-tiba saja kemudian seorang Eric Burdon dan Van Morrison tidak terdengar aneh lagi, begitu pula dengan Bob Dylan.

Ini benar-benar unik, seorang penghibur kulit putih yang mengikuti cara kulit hitam. Elvis Presley melakukannya, dan orang berikutnya adalah Mick Jagger. Tak ada pemuda kulit putih lain yang melakukannya. Mereka pernah berdiri dan bernyanyi seperti The Beatles. Mereka membiarkan roh mengendalikan tubuhnya, melepaskan semua batas-batas yang ada, tidak terkendali. Inilah yang dirasakan Mick Jagger. Dia meniru beberapa langkah dari James Brown dan Tina Turner. Gerakan-gerakan aneh yang dilakukan Mick Jagger berasal dari keduanya. Lalu Iggy Pop dan Jim Morrison mengembangkannya.

Pada awalnya The Rolling Stones adalah band milik Brian Jones. Dia pula yang memberikan nama tersebut pada bandnya. Dia bertindak sebagai Manajer yang mengurus tawaran konser dan segala sesuatu yang menyangkut media. Aroma dan keagrasifan The Rolling Stones berasal dari seorang Brian Jones. Begitu juga dengan tradisi. Dia memainkan gitarnya dengan leher botol, lalu pada album-album seperti December’s Children dan Aftermath, dia memainkan berbagai instrumen lain sebagai “pemanis”. Dia begitu kreatif dan penting bagi The Rolling Stones.

Tapi Keith Richards juga telah disepelakan dan dipandang hanya sebagai rhythm-guitarist, padahal solo-solonya lewat “Heart of Stone”, “It’s All Over Now” dan riff-riff hebatnya di “Satisfaction” dan tentunya “The Last Time” yang dianggap oleh The Rolling Stones sendiri sebagai lagu serius pertama yang pernah mereka buat. “Hongky Tonk Woman” hanya terdiri dari satu kunci, lalu dia mengubah seteman versi lima senar, ada pola kunci yang terkait denagn setemannya itu –sebut saja efek “Gimme Shelter”– dimana mereka menambahkan nada suspensi, sehingga menjadi lebih melodis dan ritmis secara bersamaan.

Dibanding denganrhythm section lainnya dalam dunia rock&roll hingga saat ini Bill Wyman dan Charlie Watts paling tahu bagaimana cara bergoyang. Lain halnya dengan sekarang, rock&roll pada jaman itu ditujukan untuk bergoyang. Bisa terbayang betapa serunya berada di Richmond Hotel di London dan Station Hotel sekitar tahun 62 dan 63, penonton menggila, The Rolling Stones juga gila.

Ada banyak generasi masa kini yang hanya mengenal The Rolling Stones sebagai ikon. Tak ada ikatan batin dengan musiknya. Kepada mereka, mungkin harus direkomendasikan empat album pertama yang versi amerika, “England’s Newset Hitmakers”, “12×5″, “Now” dan “Out of Our Hands”. Pelajaran berikutnya adalah era besar kedua, “Beggars Banquet”, “Let It Bleed”, “Sticky Fingers” dan “Exile on Main Street”. Itu merupakan rangkaian album terhebat dalam sejarah, dan semuanya dihasilkan hanya dalam tiga setengah tahun.

Dalam banyak hal, The Rolling Stones bermain lebih baik dibanding sewaktu di tahun 60-an. Mereka cukup berantakan di masa-masa awal–tapi semua orang menikmatinya–. Secara teknis, mereka belum pernah sebagus ini. Masalahnya, power mereka berasal dari 12 album pertama. Hanya sedikit lagu bagus setelah tahun 1972. Sehebat apa mereka seandainya mereka masih membuat album yang semegah konser mereka sekarang ?

Tapi dalam konser, mereka masih dapat menyampaikan kekuatan masa lalu. Masih banyak yang dapat dipelajari dari The Rolling Stones: Tulislah lagu bagus, dan jagalah kesehatan serta gairah untuk bermain setiap malam, dan mungkin kesempatan untuk bisa sehebat Mick Jagger dan hidup lebih lama bisa terwujud. Semua orang takjub karena Keith masih hidup. Dia tampak kebal terhadap segalanya, tapi sebaiknya jangan mencoba ikut-ikutan. Jujur saja: Pemakaian narkoba akan merusak segalanya, termasuk penulisan lagu. Untungnya dia masih bisa bermain dan menjalani tur 40 tahun kemudian. Tak banyak band yang bisa awet sampe 4 tahun, apalagi sampe 40 tahun.

Rasanya tidak ada yang ingin mereka pensiun, karena jika mereka tetap bermain, itu merupakan promosi terbaik untuk lagu-lagunya. Mungkin setting panggungya sekarang sudah jauh lebih ramai, tapi mereka tetap menjadi pusat perhatian. Mereka tetap tampil semaksimal mungkin, dan membuktikan bahwa :

Jika kita tetap berpegang teguh pada prinsip dan tidak berkompromi dengan apa yang sedang terjadi, kita bisa bertahan sangat lama.

Very Deep Purple


Deep Purple adalah kelompok hard rock Inggris yang dianggap sebagai salah satu pelopor musik heavy metal bersama dengan Led Zeppelin dan Black Sabbath.

Cikal bakal Deep Purple merupakan kreasi dari Jon Lord yang sebelumnya bermain untuk The Flowerpot Man bersama rekan pemusik lainnya, Chris Curtis, dan seorang pengusaha yang mencoba menjadi produser musik, Tony Edwards. Pada Bulan Desember 1967, Curtis merekrut Ritchie Blackmore yang ketika itu sedang mencoba nasib di Jerman bersama Neil Christian And The Crusaders.

Sebelum di Jerman, Blackmore pernah bergabung dengan The Outlaws dan Screaming Lord Sutch And The Savages. Lagu “The Address” dan “Mandrake Root” ditulis pada pertemuan pertama Blackmore dan Lord. Tak lama kemudian bergabung pula rekan pemetik bas Lord di The Flowerpot Man, Nick Simper. Untuk mengisi posisi vokalis serta penabuh drum, Lord dan Blackmore merekrut Rod Evans dan Ian Paice. Setelah sempat menamakan diri sebagai Roundabout, bulan Maret 1968 mereka resmi menjadi Deep Purple.

Sebelum memutuskan nama Deep Purple Nama nama lain yang sempay di usulkan sebagai nama band adalah “Orpheus”, “Concrete God”, juga nama “Sugarlump”. Pada suatu pagi, Ritchie mengusulkan nama “Deep Purple” karena itu nama lagu favorit neneknya, yang cukup populer pada tahun 1920-an dan menjadi hit kelompok Nino Tempo And April Steven tahun 1963.

Pada tahun 1969, nasib Simper dan Evans didepak secara tiba-tiba oleh Blackmore, Lord, dan Paice. Richtie keluar-masuk pub untuk mencari pengganti. Akhirnya, dia terkesan dengan dua personel Episode Six, Ian Gillan serta Roger Glover.


Gitaris dengan karyanya yang berseni dan tidak asal dalam menciptakan lagu

Joseph Satriani (lahir 15 Juli 1956 di Westbury, New York) adalah seorang multi-instrumentalis, yang dikenal terutama untuk karyanya sebagai gitaris rock instrumental, dengan beberapa nominasi Grammy Award. Keterampilan dan tahun-Nya pengabdian kepada dia kerajinan yang telah mendapatkan reputasi sebagai gitaris sedikit pun. Pada awal kariernya, Satriani bekerja sebagai instruktur gitar, dan beberapa mantan siswa telah mencapai ketenaran dengan gitar mereka keterampilan (Steve Vai , Tom Morello, Larry Lalonde, Kirk Hammett, Charlie Hunter, Kevin Cadogan). Satriani telah menjadi kekuatan utama dalam musik dikreditkan ke musisi lain sepanjang kariernya, sebagai pendiri yang selalu berubah tur trio, G3, serta tampil di berbagai posisi dengan musisi lain.Pada 1988, Satriani direkrut oleh Mick Jagger sebagai gitaris untuk tur solo pertama. Kemudian, pada tahun 1994, Satriani adalah gitaris Deep Purple. Satriani bekerja dengan berbagai gitaris dari beberapa genre musik, termasuk Steve Vai, John Petrucci, Eric Johnson, Larry Lalonde, Yngwie Malmsteen, Brian May, Patrick Rondat, Andy Timmons, Paul Gilbert, Adrian Legg, dan Robert Fripp melalui Concerts Jam G3 tahunan. Ia saat ini adalah gitaris untuk supergrup Chickenfoot.

Dia sangat dipengaruhi oleh blues-ikon gitar rock seperti Jimi Hendrix, Eric Clapton, Jimmy Page dan Jeff Beck, memiliki Namun, mudah dikenali sendiri gaya. Sejak 1988, Satriani telah menggunakan gitar signature-nya sendiri, yang Ibanez JS Series, yang banyak dijual di toko-toko. Ia memiliki serangkaian tanda tangan penguat, yang Peavey BEJ, dan tanda tangan pedal Vox Satchurator Para Para "Time Machine" dan "Big Bad Wah".

Satriani terinspirasi untuk bermain gitar di usia empat belas segera setelah belajar dari kematian Jimi Hendrix. Dia telah dikatakan telah mendengar berita selama sesi latihan sepak bola, di mana ia menghadapi pelatihnya dan mengumumkan bahwa ia berhenti untuk menjadi gitaris. Pada tahun 1974, Satriani belajar musik dengan gitaris jazz * dan dengan menyendiri pianis jazz Lennie Tristano. Tristano menuntut yang secara teknis sangat dipengaruhi Satriani's bermain. Satriani mulai mengajar gitar, dengan mahasiswa paling menonjol pada saat ini orang asli Long Island Steve Vai. Sementara ia mengajar Vai, ia menghadiri Lima Kota College untuk studi di bidang musik.

Satriani pada tahun 1978 pindah ke Berkeley, California untuk mengejar karir musik, dan Vai pindah untuk belajar di Berklee School of Music, segera setelah lulus menjadi gitaris yang tinggi pertama dengan Frank Zappa, dan setelah itu, dengan band lain, dan solo karier sendiri.

Satriani Tidak lama setelah tiba di California, ia kembali mengajar. Murid-muridnya termasuk Steve Vai, Kirk Hammett dari Metallica, David Bryson dari Counting Crows, Kevin Cadogan dari Third Eye Blind, Larry Lalonde dari Primus / Dimiliki, Alex Skolnick dari Perjanjian, Rick Hunolt (ex-Keluaran), Phil Kettner dari Lääz Rockit, Geoff Tyson T-Ride, dan Charlie Hunter.
1980-an
Ketika temannya dan mantan mahasiswa memperoleh ketenaran Steve Vai bermain dengan David Lee Roth pada tahun 1986, Vai meracau tentang Satriani dalam beberapa wawancara dengan majalah gitar, termasuk majalah Guitar World. Pada tahun 1987, album kedua Satriani Surfing dengan Alien dihasilkan hits radio populer dan merupakan pertama-instrumental semua rilis ke rilis bagan begitu tinggi dalam bertahun-tahun. Pada tahun 1988 membantu menghasilkan Satriani EP The Eyes of Horror untuk Dimiliki band death metal.

Pada tahun 1989, Satriani Flying merilis album dalam Blue Dream. "One Big Rush" ini muncul dalam soundtrack untuk film Cameron Crowe Say Anything .... "The Forgotten Bagian II" adalah fitur pada Blue Labatt komersial di Kanada pada tahun 1993. "Can't Slow Down" ditampilkan dalam mengejar mobil-urutan dalam acara yang dibintangi Don Johnson Nash Bridges.
1990-an
Pada tahun 1992, Satriani dirilis The ekstremis, yang paling kritis yang diakui dan sukses secara komersial album-to-date. Stasiun radio di seluruh negeri dengan cepat menangkap "Summer Song", sedangkan "Cryin '", "Friends" dan judul lagu itu hits daerah.

Pada akhir 1993, Satriani bergabung dengan Deep Purple sebagai pengganti sementara untuk pergi gitaris Ritchie Blackmore selama tur band Jepang. Konser itu sukses, dan Satriani diminta untuk bergabung dengan band secara permanen namun ia menolak, karena baru saja menandatangani multi-album solo kesepakatan dengan Sony, jadi Steve Morse mengambil slot gitaris di Deep Purple.

G3
Satriani dengan G3 di Milan, 2004
Pada tahun 1996, ia mendirikan G3, tur konser yang ditujukan untuk menampilkan trio kekuatan yang terdiri dari tiga gitaris rock instrumental. Menampilkan formasi asli Satriani, Vai, dan Eric Johnson. G3 (tur) terus secara berkala sejak versi perdananya, di mana Satriani adalah satu-satunya anggota permanen, yang menampilkan kedua dan ketiga berbeda anggota. Gitaris lain yang telah dilakukan dalam konfigurasi seperti G3 meliputi antara lain: Steve Vai, Eric Johnson, Yngwie Malmsteen, John Petrucci, Kenny Wayne Shepherd, Robert Fripp, Andy Timmons, Uli Jon Roth, Michael Schenker, Adrian Legg dan Paul Gilbert.

Pada tahun 1998 direkam dan dirilis Satriani Crystal Planet, yang kembali ke suara lebih mengingatkan kita pada akhir '80-an bekerja. Planet ini ditindaklanjuti dengan Mesin Penciptaan, salah satu yang lebih yang menampilkan karya eksperimental 'Electronica' genre musik. Selama tur berikutnya, sepasang menunjukkan di Fillmore di San Fransisco yang tercatat pada bulan Desember 2000 dan dirilis sebagai Live di San Francisco, dua-disc album live dan DVD.

2000 dan Beyond

Selama beberapa tahun berikutnya, Satriani direkam dan dirilis secara berkala berkembang musik, termasuk Strange Beautiful Music pada tahun 2002 dan Is There Love in Space? pada tahun 2004.

Pada tahun 2006 Satriani direkam dan dirilis Super Colossal dan Satriani Live!, Dua-disc album live dan DVD direkam 3 Mei 2006 di Grove di Anaheim, CA.

Pada tanggal 7 Agustus 2007 Epic / Legacy Recordings Surfing dirilis kembali dengan Alien untuk merayakan ulang tahun ke-20 peluncurannya. Ini adalah dua-disc set yang meliputi remaster album dan DVD yang sebelumnya tidak pernah dilihat sebelumnya hidup menunjukkan film ini di Montreux Jazz Festival pada tahun 1988.

Satriani album terbaru, berjudul Profesor Satchafunkilus dan musterion of Rock, dirilis pada 1 April 2008.

Satriani akan merilis sebuah live DVD rekaman konser di Paris berjudul "Live Di Paris: I Just Wanna Rock" dan seorang sahabat 2 CD set pada 2 Februari 2010.

Dalam Satriani Maret 2010 akan berpartisipasi dengan gitaris lain di Hendrix Experience Tour Tribute pertunjukan musik ditulis dan terinspirasi oleh Jimi Hendrix.

Slash The Legendary Guitarist

Bernama lengkap Saul Hudson ,lebih sering diketahui sebagai Slash sebagai nama panggungnya,. Slash lahir pada 23 Juli 1965 di Hampstead,London dan dibesarkan di Staffordshire, Inggris.Slash adalah mantan lead guitarist Guns N' Roses dan sekarang sebagai lead guitarist Velvet Revolver. dibesarkan di Stoke-On-Trent,. Ibunya adalah seorang kulit hitam Amerika dan ayahnya Inggris. Kedua orangtuanya bergerak di bidang seni.

Ibu Slash, Ola Hudsons, adalah seorang perancang pakaian yang bekerja untuk David Bowie, dan ayahnya adalah seorang seniman yang menyumbang ansambel hidup bagi musisi terkenal termasuk Neil Young dan Joni Mitchell.

Sejak 11 tahun, Slash pindah ke LA bersama sang ibu dan selama setahun ia pun masih menjadi Imigran di Amrik. Tidak lama keluarganya tersebut berkumpul kembali di LA dimana Slash mengalami masa trasisi yang jauh beda di daerah Southern California itu. Makanya, rambut panjang, jeans dan t-shirt jadi andalannya meskipun pada saat itu belum sesuai dengan anak seumuran dia sebagi anak baru di sekolah. Sebaliknya dia menjadi anak yang sangat seniman saat di rumahnya. Ia juga bergaul dengan teman-teman orang tuannya yang kebanyakan seniman kelas atas itu. Sayangnya pada tahun 70-an orang tuanya bercarai dan ia pun tinggal bersama neneknya hingga ia dapat memahami apa yang terjadi di keluarganya. Saat itulah Slash mulai mendalami BMX gabung bersama klub-nya sampai pernah menang di salah satu pertandingannya.

Di usia 15-an sang nenek memberinya gitar yang konon hanya bersenar satu! Dari situ dia mulai mendalami Led Zepplelin, Eric Clapton, Rollin Stones, Aeroshmith, Jimi Hendrix, Jeff Beck dan Neil Young. Baginya ia menganggap bahwa album Rocks-nya Aeroshmith sangat merubah hidupnya. Belum lagi kesempatan yang sangat berharga buatnya bisa bermain bersama Jeff Beck, Eric Clapton, Lenny Kravitz, Paul Rogers, Michael Jacson, Brian May, dan masih banyak lagi.

Sekolahpun menjadi berantakan sejak ia sering membolos sekolah dan main gitar seharian di luar. Sekolahnya memang kacau, tapi masih untung hubungan sosialnya membaik. Anak-anak lainnya mennganggap Slash cukup menarik dan menyenangkan. Kabarnya nama ‘Slash’ adalah sebutan dari teman-temannya gara-gara dia selalu cepat-cepat melakukan sesuatu dan pindah ke sesuatu lainnya. Karena dari itu dia dipanggil dengan sebutan ‘SLASH’. Slash juga mulai ber-jamming dengan banyak band muda sampai akhirnya keluar dari sekolah pada saat dia masih kelas II. Harapnya, pendidikan berikutnya menantinya di band LA. Di sana diapun bertemu dengan Steve Adler, dan membentuk Road Crew dan kemudian mereka berdua mencari penyanyi yang bagus. Kemudian mereka berdua berdua bertemu dengan Izzi Stradlin yang memutarkan rekaman suara W.Axl Rose sudah merasa klop, ditambah Duff McKagan yang menjawab iklan “dicari basst”-nya Slash. Lalu terbentuklah Guns N’ Roses. Merekapun berkibar tinggi.


Namun kekosongan GN’R yang terlalu lama tidak membuatnya bengong di rumah, tetapi yanpa lelah Slash berusaha membentuk band baru bersama Matt Sorum, Gilby Clarke, Mike Inex, Eric Dover membentuk SLASH’s Snakepit dan merekam album perdana It’s Five O’ Clock Somewhere. Band itupun melanjutkan hidup dengan melakukan tour-tour kecil dan bermain di night club. Album perdananya juga sempat dapat platinum.

Sayangnya, diskusinya dengan Axl tentang kelanjutan band tidak ada titik temunya juga, karena Slash ingin mempertahankan GN’R dengan rock band sedangkan Axl ingin mengarah musik tecno/industrial dengan GN’R. Waahh..jelas saja tidak akan nyambung. Dan akhirnya Oktober 1996 Slash mundur dari GN’R sedang Axl berkuasa penuh terhadap kepemilikan GN’R. Namun sempat Slash mengatakan bahwa dia akan bersedia ngeband bersama GN’R lagi asal tetap bermusik cadas. Lepas dari GN”R, Slash mendalami formasinya dalam SLASH’s Blues Ball yang lebih banyak main di club seluruh daerah California.

Kemudian Slash kembali hidupkan lagi SLASH’s Snakepit-nya dengan merilis Ain’t Life Grand. Berbeda dengan formasi awal, kandang ularnya kali ini dikonsep dan direncanakan dengan baik dari segi mutu, personel maupun rencana kedepannya. Album ketiganya kabarnya masih dalam proses rekaman.

Artikel Mengenai Gun's 'n Roses


Biografi Gn’R

Buku tersebut merupakan terjemahan karya Paul Stenning tahun 2004 dengan judul aslinya: The Band That Time Forgot; the complete unauthorized Biografy of Guns N’ Roses. Penerbit Ayyana dari Yogyakarta dan baru kali ini aku membeli buku dari penerbit itu, memberikan sebuah kemasan buku yang menarik, terutama sampulnya, sayangnya gambar-gambar pada lampiran berwarna hitam putih dan kurang baik.

Malamnya, malam Rabu, aku membacanya hingga tuntas. Mulai selesai magrib hingga jam 10 malam lewat sedikit. Buku terjemahan itu, dibuka Stenning dengan menyatakan bahwa” adalah sulit membuat biografi tidak resmi”. Biografi yang ditulis merupakan hasil tangan dingin wartawan rock yang teleh digelutinya bertahun-tahun, dan tak ayal hasilnya keren!. Tiap bab yang disajikan menggunakan judul lagu Gn’R yang isinyapun mencerminkan kehidupan anggotanya, dan ini berarti bahwa lagu yang diciptakan adalah “kisah hidup mereka”, baik itu mulai tahun 1982-1993, ataupun setelahnya hingga tahun 2003.

Lagu yang diciptakan seperti Nightrain adalah kisah AXL dan teman2nya yang meminum-minuman keras mereka Nightrain yang amat murah karena hanya itu yang mereka mampu beli, dan ingin keluar dari keadaan itu. Selanjutnya diceritakan pula, lagu pertama ciptaan Gn’R, yakni Don’t Cry, dan lagu lainnya yang diakui keluar begitu saja ketika mereka bersama mulai memainkannya.

Breakdown (perpecahan) sebagai salah satu bab yang menarik. Stenning menceritakan asal muasal perpecahan di tubuh Gn’R, dari pemecatan Adler yang hoby nge-drugnya sudah “kacau balau” menurut Slash dan Izzy, hingga pemecatan Gilby yang juga tetap digunakan Axl hingga tahun 1995. Tak lupa pula, konflik dengan Nirvana yang kala itu, 1993, memiliki kekuatan kemampuan yang menyerupai Gn’R. Selanjutnya, pasca album Gn’R yang tidak mengesankan: Spagetti Incident?!, usaha menghasilkan Chinese Democracy yang terkatung-katung, bukan disengaja atau tanpa sebab. Axl yang sendirian dengan Gn’R harus dihadapi kenyataan pahit pada medio 1996-1997, bahwa istrinya menggugat cerai, Ibunya meninggal, West Arkeen yang overdosis (OD), begitupula sepupunya OD saat naik daun bersama Blind Mellon, Shannon Hoon. Axl stress, terpukul, dan depresi.

Dalam keadaan itu, sebenarnya Axl telah menelurkan beberapa lagu, seperti Oh My God yang menjadi Ost. End of Day tahun 1999. Arnold yang amat menggemari Gn’R sejak dulu khususnya pada pertemuannya di pub pada suatu malam, kembali mengajak Axl untuk menelurkan karyanya dengan harapan lahirnya sebuah kesuksesan seperti pada tahun 1992 dengan lagu luar bisanya: You Could Be Mine sebagai Ost. Terminator 2: Judgmen Day.

Film tahun 1999 yang kurang laris itu, juga menghantarkan New Gn’R tidak booming. Namun hal demikian langsung runtuh, ketika tanpa diduga Axl tampil live bersama Gilby Clarke dan bandnya tahun 2000. Axl and Gilby band menyayikan lagu lawas milik Rolling Stones, seperti death flowers. Sontak, media terbangun. Dengan gayanya, Axl sesumbar bahwa sedang merampungkan album barunya, dan akan diluncurkan. Formasi anggota baru, kemudian bocor ke publik, seperti Flink, Buckethead, dan anggota lama Gn’r Illusion, Dizzy Reed, begitupula lagu baru yang dinyayikan melalui live yang mulai digelar tahun itu pula walupun harus berbagi panggung denga band lain, seperti Linkin Park.

Tahun 2001, New Gn’R manggung di Rock in Rio III. Luar biasa, antusias penonton seakan menghilangkan ada atau tidaknya Gn’R baru. Penonton menikmatinya. Sepanjang tahun 2001-2002, New Gn’R melakukan tour, baik itu di AS ataupun Eropa, baik yang sukses maupun yang dilengkapi dengan kerusuhan karena konser tidak jadi. Lagi-lagi Axl berulah, disalah satu konsernya di AS, ternyata Axl memilih nonton basket di kamar hotel daripada berada diatas penggung live performance.

Buku biografi Gn’R ini dilengkapi pula perjalanan waktu disetiap konser sejak tahun 1982 hingga tahun 2002, selain itu dibeberkan situs internet terkait dengan Gn’R, buku biografi Gn’R karya orang lain, CD, bootleg, videoklip, DVD, VHS, dan itu banyak yang tidak beredar di Indonesia. Lampiran buku ini, diisi gambar-gambar saat live, tiket konser, pamflet, CD, DVD, dan lambang-lambang lagu.

Yang tidak ada dibuku

Terjemahan bahasa Indonesia buku Paul Stenning diterbitkan bulan Mei 2009, seharusnya penerbit memberikan tulisan atau kata pengantar dari pemerhati Gn’R, seperti saya misalnya hehehehe, untuk menghantarkan apa yang terjadi kini atau sejak tahun 2004 – hingga 2009, dimana tahun-tahun itu tidak dibahas dalam biografi tersebut.

Sebut saja misalnya bagaimana reaksi Axl dan bandnya, ketika Slash bersama ex personil Gn’R membuat Velvet Revolver (VR) yang merupakan terusan Slash n’ Snakpit, dan menelurkan album tahun 2004, dan meledak. Selanjutnya, banyaknya beredar lagu baru Gn’R melalui internet dan itu mencerminkan keberadaan sekaligus penyaing baru VR.

Keberadaan Gn’R semakin eksis ketika sederetan konser dilakukan secara permanen sejak tahun 2006, bahkan sampai ke Asia seperti di Jepang hingga awal 2008. Dan akhirnya, pada 23 Nov 2008, Gn’R meluncurkan album Chenese Democracy (CD) yang amat ditunggu-tunggu, dan ternyata mencapai puncak tangga lagu di dunia internasional. Tanpa diduga, Lagu You Could Be Mine yang dianggap luar biasa oleh Stenning, menjadi Ost. Terminator kembali, dalam T4: The End Begin tahun 2009. Wajah baru Gn’R melalui lagu-lagu dalam CD, dan kenangan memukau melalui film T4, semakin memantapkan untuk tetap dalam barisan yang sama dan kokoh, yaitu sebagai Big Fans of Guns n’ Roses!!!.